MENCARI
RIZKI
Oleh: M.
Zamroni, M.H.I
Di antara hal yang menyibukkan hati dan pikiran kaum muslimin
adalah mencari rizki. Dan menurut pengamatan, sebagian besar kaum muslimin
memandang bahwa berpegang dengan Islam akan mengurangi rizki mereka. Kemudian
tidak hanya sebatas itu, bahkan lebih parah dan menyedihkan bahwa ada sejumlah
orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syari’at Islam tetapi mengira
bahwa jika ingin mendapatkan kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi
hendaknya menutup mata dari hukum-hukum Islam, terutama yang berkenaan dengan
hukum halal dan haram.
Mereka itu lupa atau berpura-pura lupa bahwa Allah men-syari’atkan
agamaNya hanya sebagai petunjuk bagi ummat manusia dalam perkara-perkara
kebahagiaan di akhirat saja. Padahal Allah mensyari’atkan agama ini juga untuk
menunjuki manusia dalam urusan kehidupan dan kebahagiaan mereka di dunia.
Sebagaimana Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiallaahu anhu , Rasulullah Bersabda:
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
“Sesungguhnya do’a yang sering diucapkan Nabi adalah, “Wahai Tuhan Kami’
karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jagalah kami
dari siksa api Neraka”. (Shahihul Al-Bukhari).
Allah dan RasulNya tidak meninggalkan umat Islam tanpa petunjuk dalam
kegelapan dan keraguan dalam usaha mencari penghidupan. Tapi sebaliknya,
sebab-sebab mendapat rizki telah diatur dan dijelaskan. Sekiranya ummat ini mau
memahami dan menyadarinya, niscaya Allah akan memudahkan mencapai jalan-jalan
untuk mendapatkan rizki dari setiap arah, serta akan dibukakan untuknya
keberkahan dari langit dan bumi. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami
ingin menjelaskan tentang berbagai sebab di atas dan meluruskan pemahaman yang
salah dalam usaha mencari rizki .
Di antara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar (memohon
ampun) dan taubat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah tentang Nuh
yang berkata kepada kaumnya:
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ
عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ
لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12) [نوح/,10 12]
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohon ampunlah
kepada Tuhanmu’, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu
dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)
Yang dimaksud istighfar dan taubat di sini bukan hanya sekedar diucap di
lisan saja, tidak membekas di dalam hati sama sekali, bahkan tidak berpengaruh
dalam perbuatan anggota badan. Tetapi yang dimaksud dengan istighfar di sini
adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah
“Meminta (ampun) dengan disertai ucapan dan perbuatan dan bukan sekedar lisan
semata.”
Imam An-Nawawi menjelaskan: “Para ulama berkata. ‘Bertaubat dari setiap
dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah,
yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:
- Hendaknya ia
harus menjauhi maksiat tersebut.
- Ia harus
menyesali perbuatan (maksiat) nya.
- Ia harus
berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi.
Jika salah satu syarat hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat,
yaitu ketiga syarat di atas ditambah satu, yaitu hendaknya ia membebaskan diri
(memenuhi) hak orang lain. Jika berupa harta benda maka ia harus mengembalikan,
jika berupa had (hukuman) maka ia harus memberinya kesempatan untuk
membalas atau meminta maaf kepadanya dan jika berupa qhibah (menggunjing), maka
ia harus meminta maaf.
Imam Al-Qurtubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasannya ia berkata:
“Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan
(bumi) maka beliau berkata kepadanya, Beristighfarlah kepada Allah! Yang
lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan, maka beliau berkata kepadanya,
Beristighfarlah kepada Allah! Yang lain lagi berkata kepadanya, ’Do’akanlah
(aku) kepada Allah, agar ia memberiku anak!!’ maka beliau mengatakan kepadanya,
‘Beristighfar kepada Allah! Dan yang lainnya lagi mengadu kepadanya
tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula),’Beristighfarlah
kepada Allah!.
Ma'asyirol Muslimin Jama’ah Jum’at rahimakumullah ...
Kemudian di ayat yang lain Allah yang menceritakan tentang seruan Hud
kepada kaumnya agar beristighfar.
وَيَا قَوْمِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا
مُجْرِمِينَ (52) [هود/52]
“Dan (Hud berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun
kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia kan menurunkan hujan
yang sangat lebat atasmu dan Dia akan membawa kekuatan kepada kekuatanmu dan
juga janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)
Dan pada surat Hud di ayat yang lain Allah juga berfirman:
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا
إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا
فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (3) [هود/3]
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan
bertaubat kepada-Nya (jika kamu mengerjakan yang demikian (niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai pada waktu yang
telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai
keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya aku takut akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Hud: 3).
Imam Al-Qurthubi mengatakan:”Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni
Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa
kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Allah tidak akan menyiksa kalian
sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum
kalian.”
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud,
An-Nasa’i Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata,
Rasulullah bersabda:
مَنْ
أَكْثَرَ اْلاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ
ضِيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya
Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap
kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah
yang tidak disangka-sangka.” (Al-Hadis)
Dalam hadist yang mulia ini, Nabi menggambarkan tentang tiga hasil yang
dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu,
bahwa Allah Yang Maha Esa, Yang memiliki kekuatan akan memberi rizki dari arah
yang tidak disangka-sangka dan tidak pernah diharapkan serta tidak pernah
terbersit dalam hati.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah ia bersegera
untuk memperbanyak istighfar, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan
hendaklah kita selalu waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan
lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.