Kamis, 08 Maret 2012

Manusia Dalam Islam


Manusia Dalam Islam
Oleh: M. Zamroni, S.Pd.I, M.H.I

Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang mulia, ciptaan yang diberikan kelebihan nafsu dan akal dalam menjalankan segala perintah-Nya. Dalam al-Qur'an, ada tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada manusia. Kata yang digunakan adalah basyar, insan atau nas dan bani Adam. Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti "penampakan sesuatu dengan baik dan indah". Dari kata itu juga, muncul kata  basyarah yang artinya "kulit". Jadi, manusia disebut basyar karena kulitnya tanpak jelas dan berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih Allah SWT sebagai khalifah dimuka bumi. Alasan dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki berbagai potensi. Diantaranya ruh, akal, qalbu, nafs dan fitrah.
Pertama, manusia memiliki ruh. Banyak pendapat para ahli tentang ruh. Ada yang mengatakan bahwa ruh pada manusia adalah nyawa. Sementara sebagian yang lain memahami ruh pada manusia sebagai dukungan dan peneguhan kekuatan batin. Soal ruh ini memang bukan urusan manusia karena manusia memiliki sedikit ilmu pengetahuan. Biarlah urusan ruh menjadi urusan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT di bawah ini:
الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا [الإسراء/85]
Artinya: "Ruh adalah urusan Tuhan-Ku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit." (Q.S Al-Isra':85).
Kedua, potensi akal, manusia memiliki potensi akal yang dapat menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan. Dengan potensi ini, manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin dimuka bumi. Namun, faktor subjektivitas manusia dapat mengarahkan manusia pada kesalahan dan kebenaran.
Ketiga, potensi qalbu, qalbu disini tidak dimaknai sekedar 'hati' yang ada pada manusia. Qalbu lebih mengarah pada aktivitas rasa yang bolak-balik. Sesekali senang, sesekali susah, kadang setuju, kadang menolak. Qalbu berhubungan dengan keimanan. Qalbu merupakan wadah dari rasa takut, cinta, kasih sayang, dan keimanan. Karena qalbu ibarat sebuah wadah, ia berpotensi menjadi kotor atau tetap bersih.
Keempat, potensi nafs, dalam bahasa indonesia, nafs diserap menjadi nafsu yang berarti dorongan kuat untuk berbuat kurang baik. Sementara nafs yang ada pada manusia tidak hanya dorongan berbuat buruk, tetapi berpotensi berbuat baik. Dengan kata lain, nafs ini berfotensi positif dan negatif. Hakikatnya, nafs pada diri manusia cenderung berpotensi positif. Namun, potensi negatif daya tariknya lebih kuat daripada potensi negatif. Oleh karena itu, manusia diminta untuk menjaga kesucian nafsnya agar tidak kotor.
Kelima, potensi fitrah, manusia pada saat lahir memiliki potensi fitrah. Fitrah tidak dimaknai melulu sebagai sesuatu yang suci. Fitrah disini adalah bawaan sejak lahir. Fitrah manusia sejak lahir adalah membawa agama yang lurus. Namun, kondisi fitrah ini berpotensi tercampur dengan yang lain dalam proses perkembangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar