Jumat, 28 Januari 2011

Manajemen


LOBI DAN NEGOSIASI
Oleh: M. Zamroni

LOBI
Apa yang dimaksud dengan lobi?
Secara umum lobi memiliki dua pengertian:
Ø  Ruang tunggu di gedung atau di ruang umum.
Ø  Kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi obyeknya (yang dituju).

Apa yang dilakukan dalam lobi?
Ada tiga hal penting yang harus dilakukan dalam lobi:
Ø  Mencari obyek (orang yang dituju).
Ø  Mempengaruhi obyek.
Ø  Mengeksplorasi kebutuhan dan memberi penawaran.

Apa sikap Anda ketika melakukan lobi?
Ø  Percaya diri (PD)
Ketika melakukan lobi wajib berpenampilan percaya diri. Usahakan untuk melakukan kontak mata dengan pihak lawan dan bicaralah dengan suara yang jelas. Terlalu menghindar dari tatapan mata pihak lawan akan mengesankan Anda membunyikan sesuatu, di samping itu juga memberi kesan Anda penakut.
Sikap tubuh yang baik hendaknya diperhatikan sealama lobi berlangsung. Hindari bahasa tubuh yang negatif, seperti menggerak-gerakkan kaki, menggigit bibir, melipat tangan, atau tidak melihat lawan bicara.
Ø  Hindari kebiasaan
Pernahkah Anda merasa terganggu oleh seseorang yang mempermainkan bollpoint hingga berbunyi “klik-klik” atau mengetuk-ngetukkan jari di menja atau kursi, sehingga mengganggu konsntrasi Anda? Begitu juga dengan Anda. Ketika merasa jenuh, tanpa Anda sadari, mungkin juga melakukan hal itu. Kebiasaan seperti itu biasanya tidak menguntungkan bila Anda lakukan pada saat lobi sedang berlanjut.


Kenapa harus ada lobi?
Lobi merupakan aktivitas yang fungsinya sebagai langkah awal untuk menuju pada negosiasi. Oleh sebab itu, jika gagal di aktivitas lobi maka tidak dapat melangkah ke ruang negosiasi. Karena sesungguhnya lobi termasuk bagian dari proses negosiasi yang tidak terpisahkan. Artinya, lobi sebagai pembuka jalan negosiasi.


NEGOSIASI
Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
Dalam kamus umum Bahas Indonesia, negosiasi bermakna merunding, membicarakan sesuatu untuk mencapai kata sepakat, atau musyawarah untuk mencapai mufakat. Jadi, negosiasi adalah aktivitas sebagai proses atau upaya untuk mewujudkan rencana yang terletak pada obyek.

Rukun negosiasi
  1. Pelaku negosiasi
Jadi untuk aktivitas negosiasi harus ada pelakunya. Paling sedikit dua orang (masing-masing menjadi pihak lawan)
  1. Materi negosiasi
Negosiasi tidak cukup adanya pelaku saja, tapi harus ada materi yang dijadikan bahan negosiasi. Materinya tergantung pada apa yang dibutuhkan oleh pelaku negosiasi.

Langkah-langkah merancang negosiasi
  1. Tetapkan tujuan-tujuan Anda
Negosiasi tanpa tujuan yang jelas sama halnya Anda berjalan tanpa tahu Anda mau ke mana. Negosiasi harus mempunyai tujuan yang jelas agar berakhir secara jelas pula. Dengan demikian, apabila Anda hendak memulai negosiasi apapun, penting kiranya bagi Anda mengetahui dengan jelas di mana Anda akan memulai dan di mana Anda akan berhenti. Ini dilakukan agar negosiasi tidak menjadi berlarut-larut, sehingga menghabiskan banyak waktu dan energi. Karenanya, paling tidak pikirkan hal-hal berikut:
a.    Hasil apa yang baik bagi organisasi Anda
b.    Apa yang kira-kira bisa diterima
c.    Apa yang pasti tidak bisa diterima
d.    Apa yang kira-kira ingin disetujui atau ditolak pihak lawan
  1. Mengumpulkan sejumlah informasi yang dibituhkan
Dalam negosiasi, informasi harus diperoleh seakurat mungkin, informasi ini akan menjadi sumber kekuatan Anda.
  1. Pahami konteks negosiasi dan obyek/pihak lawan negosiasi
Hasil negosiasi yang ideal adalah sebelum melangkah untuk bernegosiasi terlebih dahulu memahami konteks (situasi dan kondisi).
Selain itu, perlu dipahami juga obyek/pihak lawan negosiasi. Artinya, pahami karakter pihak lawan negosiasi, agar bisa menyeimbangi guna menjaga kondisi aktivitas negosiasi. Semisal, pihak lawan Anda pemarah, peramah, mudah tersinggung, humoris, dll.

Ragam bentuk negosiasi
Ø  Negosiasi Kompetitif (persaingan)
Dalam negosiasi, bisa terjadi kondisi yang tidak ramah, dan masing-masing pihak berusaha menekan habis-habisan untuk mendapatkan tawaran yang terbaik bagi dirinya sendiri, sementara itu di pihak kedua cendrung bertahan sambil menunggu saatnya tiba. Bila dalam negosiasi ada kecendrungan ke arah tidak adanya titik keseimbangan atau keduanya saling bersaing (kompetitif) lebih baik hindari.
Ø  Negosiasi kooperatif (kerja sama)
Ragam negosiasi ini yang selalu berakhir dengan positif, karena antara pihak yang satu dengan yang kedua sama-sama bertujuan untuk menyelesaikan negosisasi secara kerja sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar