Kamis, 13 Januari 2011

Ulumul Hadist

SUNAN AL-SAGHIR AL-BAIHAQI
Oleh : M. Zamroni

A.           Biografi Al-Baihaqi (384-458)
Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Ahmad ibn Husain ibn Ali ibn Abdullah ibn Musa al-Baihaqi.[1] Beliau diberi julukan (laqob) dengan al-Hafid karena keluasan ilmunya. Dinisbatkan pada al Khusrujirdi karena beliu dilahirkan disana. Beliau dinisbati dengan al-Baihaq karena beliau dimakamkan disana. Sedangkan al-Baihaq sebenarnya adalah sekumpulan desa yang berada di kawasan provinsi Naisabur. Antara Baihaq dan Naisabur adalah jarak dua hari perjalanan dengan unta.[2] Sebagian pakar sejarah menisbatkan beliau kepada An-Naisaburi. Hal ini di karenakan sebagian besar kehidupannya dihabiskan di Naisabury.
Al-Baihaqi memperoleh ilmu dari para ulama' pada masanya. Hal itu tampak pada karya-karyanya yang mencerminkan penguasaan dan kecintaannya kepada sunnah, kecendrungannya pada kebenaran, dan pembelaannya terhadap madhhab Imam Shafi'i. Imam al-Haramain berkata, "Tidaklah Shafi'I akan menjadi madhhab, kecuali jika ia memiliki pendukung yang kuat, termasuk Ahmad al-Baihaqi sebagai pendukung kuat mazhab Shfi'i.[3]
Buku-buku tarikh telah sepakat bahwa beliau lahir pada bulan sya’ban tahun 384H, keculi dalam buku al Kamil karangan ibnu Atsir. Disana disebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 387 H, namun hal ini tidaklah benar.
Al-Baihaqi berkelana ke Irak, kota-kota sekitar Irak al-Jibal dan ke Hijaz untuk belajar ilmu kepada para ulama'. Diantara ilmu yang dikuasai oleh al-Baihaqi antara lain adalah ilmu hadis, 'ilal hadis, dan fiqih.
B.           Karya Al-Baihaqi
Syaikh al-Qudhoh, Abu Ali Ismail bin al-Baihaqi (putra imam al-Baihaqi) mengatakan "Ayahku menceritakan padaku "Ketika aku mulai menyusun kitab ini (maksudnya kitab al-Ma'arif fi as-Sunah al-Atsar ) dan selesai merevisi beberapa juz darinya, aku mendengar seorang ahli fiqh, Muhammad bin ahmad, salah satu teman baikku dan teman yang paling banyak bacaannya serta paling jujur perkataannya mengatakan " aku bermimpi bertemu dangan Imam as-Syafi’i. aku melihat tangannya sendang memegang beberapa juz dai kitab ini lalu berkata "Pada hari ini aku telah menulis tujuh juz dari kitab al-Baihaqi" berkata "Aku telah membacanya" sambil menghitung jumlah juz yang dibacanya"
Ayahku mengatakan "Pada esok harinya, seorang ahli fikih lain dari temanku bermimpi melihat Imam as-Syafi’i sedang duduk di atas tikar di dalam masjid. Imam asy-Syafi’i berkata "Pada hari ini, aku telah mengambil faedah dari kitab seorang faqih al-Baihaqi berupa hadis seperti ini dan ini"
Lebih lanjut ayah mengatakan "aku mendengar ahli fikih Abu Muhammad bin Ahmad as-Samarqandi al-Hafidz berkata "Aku mendengar ahli fiqih Muhammad bin Abdil Aziz al-Marwazi berkata "aku pernah bermimpi melihat peti yang diliputi oleh cahaya berada di atas langit. Lalu aku bertanya "apa ini ?" maka ada yang menjawab pertanyaanku itu "ini adalah karya-karya Ahmad al-Baihaqi.[4]
Imam adz-Dzahabi berkata “ini adalah mimpi yang benar, karena Imam al- Baihaqi mampu mengarang buku yang bersar nilainya dan banyak manfaatnya. Sedikit orang yang menyamai Imam al-Baihaqi dalam banyaknya karangannya. Oleh sebab itu hendaknya seorang alim memperhatikan karya-karnya terlebih kitab as-Sunan al Kabir.[5]
Beliau telah meninggalkan ribuan kitab, diantaranya ada yang besar dan berjilid-jilid dan ada pula yang kecil dalam satu jilid atau berbentuk risalah. Karangan beliau yang terkenal adalah, as-Sunan al-Kubra, Syu’abul Iman, Dalailun Nubuwah, al-Asma wa Sifat, al-Mabsuth, ad-Daawat al-Kabiir, ad-Da’wat as-Shaghir, al-Ba’ats wan Nusyur, az-Zuhdu al-Kabiir, al-Arba’un al-Kubra, al-Arba’un as-Shugra, al-Adab, al-I’tiqad Fadhailus Shahabah, Manaqibul Imam Ahmad bin Hambal, dan Manaqib asy-Syafi'i.[6]
Imam Adz-dzahbi mengatakan al-Baihaqi mendapatkan berkah dalam ilmunya. Ia telah menyusun banyak karya yang bermanfaat. Ia telah memutuskan untuk menetap di desanya dan menyibukkan diri dengan menyusun buku dan mengarang. Ia menysun as-Sunan al-Kabir sebanyak sepuluh jilid. Dalam hal ini tidak ada seorang pun yang menyamainya.
Juga, ia menyusun kitab as-Sunan wa al-Atsar sebanyak empat jilid, al- Asma' wa ash-Shifat sebanyak dua jilid, al-Mu'taqad sebanyak satu jilid, al-Ba'ts sebanyak satu jilid, at-Targhib wa at-Tarhib sebanyak satu jilid al-Da'awat sebanyak satu jilid, az-Zuhd sebanyak satu jilid, al Khilafiyat sebanyak tiga jilid, Nushush asy-Syafi’i sebanyak dua jilid, Dala'il an-Nubuwah sebanyak empat jilid as-Sunan ash-Shoghir sebanyak satu jilid besar, Syu'ab al-Iman sebanyak dua jilid.
Juga, al-Madkhal ila as-Sunan sebanyak satu jilid, al-Adab sebanyak satu jilid, Fadhail al-Auqat sebanyak dua jilid, al-Arba'in al-Kubro sebanyak dua jilid, al-Arba'in ash-Shoghir dan ar-Ru'yah sebayak satu jilid, al-Isra' sebanyak satu jilid, Manaqib asy-Syafi’i sebanyak satu jilid, Manaqi Ahmad sebanyak satu jilid, Fadha'il ash-Shohabah sebanyak satu jilid dan kitab-kitab lain yang tidak mampu aku sebutkan semuanya di sini.[7]
Al-Baihaqi banyak menulis buku, bahkan dikatakan sampai seribu juz. Karya-karyanya meliputi bidang hadis, fiqih dan aqa'id. Di antara karya-karya al-Baihaqi yang penting adalah sebagai berikut:
1.      Al-Sunan al-Kubra. Dalam kitab tersebut, al-Baihaqi mengumpulkan hadis marfu', hadis mauquf al-Sahabi, dan hadis mursal al-tabi'i.
2.      Ma'rifat al-Sunnah wa al-Athar. Kitab ini merupakan kitab fiqih Shafi'iyah, di dalamnya memuat dalil yang dipergunakan sebagai dasar hujjah, dan dibahas juga mengenai berbagai macam perbedaan pendapat antar madhhab.
3.      Al-Mabsut. Kitab ini berisi kalam dan nash-nash teks Imam Shafi'i.
4.      Al-Asma'. Kitab ini membahas tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan bersumber kepada al-Qur'an, Sunnah dan Ijma'.
5.      Al-I'tiqad. Kitab ini membahas tentang kewajiban yang harus diketahui dan dilakukan oleh orang mukallaf dalam hal aqidah.
6.      Dalail al-Nubuwwat wa Ma'rifat Ahwal Sahib al-Shari'ah. Kitab ini membahas tentang sirah Nabi Muhammad, meliputi tarikh, akhlak, sifat, serta mu'jizatnya.
7.      Shu'ab al-Iman. Kitab ini merupakan pelengkap dan penjelas dari kitab karya Abu Abdullah al-Husain ibn al-Hasan al-Halimi yang berjudul "Minhaj al-Din fi Shu'ab al-Iman".
8.      Manaqib al-Shafi'i. Merupakan kitab terlengkap tentang budi pekerti al-Shafi'i, biografi, kedudukan dan pujian terhadapnya.
9.      Al-Da'wat al-Kabir. Kitab tersebut memuat do'a-do'a yang pernah dibaca oleh Rasulullah atau yang pernah diajarkan oleh salah seorang sahabat. Al-Baihaqi menuliskannya dengan menyertakan sanadnya.
10.  Al-Zuhd al-Kabir. Kitab ini memuat hadis-hadis yang berkaitan tentang tema zuhud.
11.  Isbat azab al-Qabr wa Sual al-Malakain. Kitab tersebut memuat dalil dan argumentasi dari al-Qur'an, Sunnah, Salaf al-Salih, dan akal yang menetapkan adanya azab kubur dan pertanyaan dua malaikat.
12.  Takhrij Ahadis al-Umm. Kitab ini mentakhrijkan hadis-hadis yang terdapat dalam kitab al-Umm karya Imam al-Shafi'i.
C.           Metode dan Sistematika Al-Baihaqi
Judul kitab ini ada dua versi, Pertama, cetakan Dar al-Fikr, bairut tahun 1414 H/1993 M dengan judul al-Sunnah al-Saghir. Kedua cetakan Maktabah al-Dar, Madinah al-Munawwarah tahun 1410 H / 1989 M dengan judul al-Sunan al-Sughra.
Kitab al-Sunnah al-Saghir oleh al-Baihaqi diperuntukkan bagi orang-orang yang telah benar aqidahnya. Dalam muqaddimah kitabnya, al-Baihaqi menyatakan bahwa kitabnya tersebut memuat tentang berbagai hal yang harus dilalui oleh mereka yang telah lurus aqidahnya, yaitu memuat tentang Ibadah, Muamalah, Munakahat, Hudud, Siyar, dan Hukumat. Kitab ini juga dimaksudkan oleh al-Baihaqi sebagai bayan secara ringkas terhadap madhhab ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah dalam mengamalkan shari'ah.[8]
Al-Sunnah al-Saghir bukanlah ringkasan dari kitab al-Sunnah al-Kubra. Tidak semua hadis yang ada dalam al-Sunnah al-Saghir telah ada dalam al-Kubra, begitu juga sebaliknya. Walaupun memang sebagian besar hadis yang ada dalam al-Saghir telah ada dalam al-Kubra. Dalam cetakan Dar al-Fikr, Bairut, setiap hadis yang telah ditulis terdapat dalam al-Kubra ditakhrijkan dan dikemukakan dalam catatan kaki oleh muhaqqiq kitab, yaitu Abdullah umar al-Hasanain.
Al-Sunnah al-Kubra disusun oleh al-Baihaqi dalam rangka membela fiqh al-Shafi'i dan memperkuat pendapatnya dengan mengemukakan hadis dengan Shawahid yang banyak jumlahnya dan memenuhi isi kitab al-Kubra. Sedangkan al-Sunnah al-Saghir disusun untuk memenuhi kebutuhan orang yang mencari ilmu dan sebagai tuntunan dalam beramal untuk orang yang telah lurus aqidahnya.
Al-Sunan al-Saghir memuat hadis-hadis Nabi yang lengkap sanadnya, yaitu mulai dari gurunya al-Baihaqi terus bersambung sampai kepada Rasulullah. Seringkali al-Baihaqi juga menukilkan hadis secara muallaq, yaitu hanya mengemukakan rawi tingkat sahabat saja lalu diikuti dengan matannya. Didalamnya juga terdapat hadis mursal al-Sahabi dan mauquf al-Tabi'i, bahkan terdapat juga  perkataan ulama', seperti al-Shafi'i, yang ditulis di dalamnya. Karenanya kitab ini tidaklah murni  merupakan kitab hadis, akan tetapi merupakan perpaduan antara kitab fiqh dengan kitab hadis. Dikatakan sebagai kitab fiqh karena bahasanya berdasar pada bab-bab fiqh yang juga menyertakan pendapat para sahabat, tabi'in dan ulama' lainnya. Dan dikatakan sebagai kitab hadis, karena memang dalam halaman-halaman pembahasannya lebih dominan membahas hadis yang disertakan sanad dari al-Baihaqi dibandingkan pendapat-pendapat yang lain. Abdullah Umar al-Hasanain memberi setiap item tersebut nomor urut, dengan tidak membedakan antara hadis dengan lainnya.
Hadis dan non hadis yang terdapat dalam kitab tersebut disistematisasi sesuai dengan bab-bab fiqih dan dibagi menjadi 28 kitab.
D.          Pekataan Ulama’ Tentang Al-Baihaqi
Abu al-Hasan Abdul Ghofir dalam Dzail Tarikh Nasaibur mengatakan, “Abu Bakar al-Baihaqi adalah seorang ahli fiqih, ahli hadits, ahli usul, taat beragama dan waro’. Di samping itu ia adalah orang nomor satu pada zamannya dalam hafalan dan orang yang melebihi temannya dalam kejelian dan ketelitian ia termasuk murid besar al-Hakim dan bahkan melebihinya dengan berbagai bidang ilmu. Ia telah menulis hadis dan menghafalnya sejak dari kecil. Ia mempelajari ilmu fiqih dan ilmu usul sampai menguasainya. Ia pergi menuju Irak, al-Jibal dan Hijaz. Setelah itu, ia menyusun karya-karya yang jumlahnya mendekati ribuan juz, suatu hasil karya yang belum pernah dicapai orang sebelumnya.
Beliau juga telah mengumpulkan antara ilmu hadis dan fiqh, menjelaskan kelemahan-kelemahan hadis. Para ulama meminta beliau berpindah dari Nahiyah ke Naisabur untuk mendengarkan kitabnya. Kemudian beliau mendatangi mereka pada tahun 441 H dan mereka mendirikan majlis ta’lim untuk mendengarkan pengajian kitab al Ma’rifah di mana majlis ini dihadiri oleh para ulama. Beliau juga karakter yang berjalan di atas sirah para ulama yang selalu menekankan kemudahan, dan selalu memperindah perilaku zuhud dan kewaraannya.[9]
Imam adz-Dzahabi berkata “telah sampai kepadaku bahwa Imam al-Haramain Abi al-Ma’ali al-Juawaini berkata “tidaklah orang fakih bermadzhab Syafi’i keculi Imam Syafi’i mempunyai kelebihan dari mereka kecuali Abu Bakar al-Baihaqi, maka sesunggunya beliau melebihi Imam as-Syafi’i karena karya-karyanya yang membantu dalam penyebaran madzhab Syafi’i.
Kemudian Imam adz-Dzahabi menanggapinya dengan berkata Abu Ma’ali mengatakan demikian, karena jikalau Imam al-Baihaqi membuat mazhabnya tersendiri baginya maka dia mampu melakukannya kerana keluasan ilmu yang dimilikiya dan pengetahuannya terhadap masalah ikhtilaf.”[10]
At-Taj As-Subki mengatakan, “Imam al-Baihaqi adalah salah satu imam kaum muslimin, penunjuk kebenaran bagi kaum mukminin, dan da’i yang mengajak kepada tali Allah yang kukuh. Ia adalah seorang Al-Hafizh yang besar, ahli usul yang cerdas, zuhud, wira’, puas dengan (ketentuan) Allah, dan membela mazhab baik dasar-dasar maupun cabang-cabangnya. Ia adalah gunung dari gunung-gunung ilmu.”[11]
E.           Perjalanan mencari ilmu dan Para Guru Al-Baihaqi
Imam al-Baihaqi termasuk orang terlambat dalam pencarian ilmu dinisbatkan pada zamannya, karenan beliau mulai mendengarkan hadis pada umur 15 tahun.[12] Namun, walau tidak disebutkan dalam kitab tarikh kebiasan ulama’ pada zaman itu memulai dengan menghafalkan Al-Qur’an sebelum belajar hadis.
Masa pendidikannya dijalani bersama sejumlah ulama terkenal dari berbagai negara. Maka dimulailah perjalan mencari ilmu itu dari khurosan. Di sini beliu mengambil ilmu dari para ulama’ di antaranya Abu al-Hasan Muhammad bin al-Hasan al Alawi, Abu Abdillah al-Hakim, Abu Tharir bin Mahmasy, Abu Bakar bin Faurak, Abu Ali ar-Raudzabari, Abdullah bin Yusuf bin Banawih, Abu Abdirrahman as-Silmi.
Kemudia melanjutkan perjalanannya menuju Irak. Di sini beliau mengambil ilmu dari Hilal bin Muhammad al-Haffar, Abu Al-Husain bin Busyrah, Ibnu Ya’qub al-Iyadhi, Janah bin Nadzir al-Qodi dan lain sebagianya.
Sedangkan ketika memulai menunaikan haji beliau menggunakan kesempatan tersebut untuk mencari ilmu. Beliu mengambil ilmu dari Hasan bin Ahmad bin Faros, Ibnu Abdulloh bin Nadhif dan lain sebagainnya.[13]
Ibnu As-Subki menceritakan proses pencarian ilmu yang ia lakukan sebagai berikut, “al-Baihaqi melakukan haji. Lalu ia menuju Baghdad. Di sana, ia berguru kepada Hilal al-Haffar, Abu al Husain bin Busyran, dan segolongan ulama lain. Selain belajar kepada ulama-ulama di Baghdad, ia juga belajar kepada ulama-ulama yang ada di Mekkah, seperti Abu Abdillah bin Nazhif, dan ulama-ulama lain yang ada di Irak, Hijaz, dan Al-Jibal. Jika dihitung, guru-gurunya lebih dari seratus orang.
Di antara guru al-Baihaqi adalah:
1.      Iman Abu al-Hasan Muhammad ibn al-Husain al-Alawi al-Husna al-Naisaburi, seorang shaikh yang paling mulia dan salih. al-Hakim memujinya dengan mengatakannya sebagai "Shaikh yang paling mulia, memiliki cita-cita tinggi, ibadahnya tekun, dan pembawaannya tulus". Ia adalah guru al-Baihaqi yang paling tua. Wafat pada bulan Jumadil akhirah tahun 401 H. 
2.      Al-Hakim al-Naisaburi Imam ahli hadis pada masanya yang menyusun kitab "al-Mustadrak 'ala al-Sahihain", kitab "Ulum al-Hadith", "al-Madkhal ila Ma'rifat al-Iklil", "Manakib al-Shafi'i" dan sebagainya merupakan guru al-Baihaqi di bidang hadis yang paling utama.
3.      Abu Abdur-Rahman Al-Sullami Muhammad ibn al-Husain ibn Musa al-Azadi al-Naisaburi (303-417 H). Seorang Hafiz, 'alim, zahid, shaikh, sufi. Penyusun kitab "Tabaqat al-Sufiyah".
4.      Abu Ishaq al-Jusi Ibrahim ibn Muhammad ibn Ibrahim. Wafat bulan Rajab tahun 411 H.
5.      Abu Muhammad Abdullah ibn Yusuf ibn Ahmad al-Asfahani, seorang tokoh tasawuf dan ahli hadis yang thiqah. Al-Baihaqi paling banyak meriwayatkan hadis darinya.
6.      Abu Sa'ad Abd al-Malik ibn Abi Usman al-Khurkusi al-Naisaburi. Ia adalah orang thiqah, wara', dan salih. Al-Hakim memujinya dengan mengatakan, "Belum pernah aku menyaksikan ada orang yang dapat mengumpulkan ilmu, zuhud, tawadu', serta kezuhudannya melebihi Abu Sa'ad. Ia menyusun kitab tafsir, kitab Dalail al-Nubuwwah, serta kitab "al-Zuhud". Ia meninggal pada bulan Jumadil al-Ula tahun 407 H.
Hal ini tidak seperti yang dialami oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’I, dan Ibnu Majah. Khusus dalam bidang ilmu fiqh, ia berguru kepada Nashir al-Umairi. Ia menyusun karya-karyanya setelah menjadi ulama yang paling ‘alim di zamannya, paling cerdas, paling cepat paham, paling baik akalnya. Kitab-kitab karyanya mencapai 1000 juz. Belum ada seorang pun yang bisa menandinginya dalam menyusun karya-karya seperti yang telah dicapainya tersebut.”[14]
F.            Murid-Murid Al-Baihaqi
Setelah beberapa tahun menuntut ilmu dari ulama’ di berbagi negara, beliau menjadi seorang ulama’ yang sangat luas ilmunya. Maka beliau pun menyerbarkan ilmunya kepada para murid-muridnya. Para ulama’ yang mengambil ilmu darinya antara lain anak beliau Abu Ali Ismail bin Ahmad, cucunya Abu al Hasan Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad, Abu Abdullah al-Farawi Muhammad ibn al-Fadl, Abu Muhammad Abdul-Jabar ibn Muhammad ibn Ahmad al-Baihaqi al-Khuwari, Abu Nashr Ali ibn Mas'ud ibn Muhammad al-Shuja'i, Abu Abdullah ibn Abi Mas'ud al-Sa'idi, Abu Abdillah al Ghurowi, Zahr ibn Tahir ibn Muhammad, Abu al-Hasan Abd Allah ibn Muhammad ibn Ahmad, cucu laki-laki imam al-Baihaqi, al-Qadi Abu Abdullah al-Husayn ibn Ali ibn Fatimah al-Baihaqi, Al-Hafiz Abu Zakariya Yahya ibn Abd al-Wahhab ibn Muhammad ibn Ishaq ibn Mundah al-'Abdi al-Ashfahani, Abu Zakariya Yahya bin Mandah al Hafizh, Isma'il ibn Ahmad al-Baihaqi, anak penyusun kitab al-Sunan al-Sagir, Abu al-Ma’ali Muhammad bin Ismail al Farisi, Abdul Jabbar bin Muhammad al Khawari, Abdul Hamid bin Muhammad al Khawari, Abu Bakar Abdurrahman Al Buhairi an-Naisaburi yang meninggal pada tahun 540 Hijriah, dan sejumlah murid-murid lain.[15]
Imam as Subki berkata “bayak yang meriwayatkan darinya dari kalangan ulama’ diantarnya, anaknya Abu isma’il, cucunya Abu al Hasan Abdulloh bin Muhammad bin Abi Bakr, Abu Abdulloh al Furowi, Zahir bin Thohir, Abdul Jabbar bin Muhammad al Khuwari dan yang lainnya.[16]
G.          Wafatnya Al-Baihaqi
Imam adz-Dzahabi mengatakan, pada akhir hayat, Imam al-Baihaqi pindah dari Baihaq ke Naisaburi kemudian mengajarkan kitab-kitabnya. Kemudian meninggal pada tanggal 10 Jumadzil Awwal pada tahun 458 H. Ia dimandikan, dikafankan, dan dimasukkan ke dalam peti untuk dipindah ke Baihaq, suatu tempat yang jauhnya dari Naisabur dua hari perjalanan unta. Ia hidup selama 74 tahun.[17]


Referensi

1.      Arifin, Zainul. H. Dr. Prof. MA., Studi Kitab Hadis, Pustaka Al-Muna, Surabaya, 2005.
2.      Siyarul Alam an-Nubala’, Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman adz-Dzahabi, Muasasah ar-Risalah, cetakan ketiga 1405 H 1985 M
3.      Thobaqot asy-Syafi’iyah Taj ad-Din Abi Nashr Abdulwahab bin Ali asy-Syubki, Darul Ihyau Kubub al-Arabiyah.
4.      Al-Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat, Muhammad Bin ‘Atiyah Bin Ali Al-Ghomodi, th 1400 H / 1980M
5.      Al-Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur –Syamilah-
6.      Tadzkirtul khufadz, Darul Kutub al-Alamiyah, Bairut
7.      60 Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al-kautsar


[1] Prof. Dr. H. Zainul Arifin, MA, Studi Kitab Hadis, Pustaka Al Muna, Surabaya, 2005, hal:147
[2] 60 Biografi ulama’ salaf, 678 , Syaikh Ahmad Farid, pustaka al kautsar Thobaqot asy Syafi’iyah 4/8
[3] Muhammad Idris al-Shafi'I, Tabaqat al-Shafi'iyah al-Kubra, juz III, 3
[4] 60 biografi ulama' salaf 680
[5] Siyarul A’lam an Nubala’ 18/168
[6] http://maktabahonline.wordpress.com/2009/11/08/riwayat-hidup-imam-al bahaqi-rahimahullah/
[7] Siyarul A'lam an Nubala' 18/165-167
[8] Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, al-Sunan al-Saghir (Bairut : Dar al-Fikr, 1414 /1993), hal; 38
[9] Tadzkirtul khufadz 3/1133 dan al Muntakhab min Kitabis Siyaq Litarikh Naisabur 108 Syamilah-
[10] Siyarul A’lam an Nubala’ 18/168-169
[11] Thobaqat asy Syafi’iyah 4/8
[12] Al Baihaqi Mauqufuhu minal ilahiyat, hal; 28
[13] Ibid, hal; 31-33
[14] Di sadur dari kitab Thobaqor asy Syafi’iyah 4/8-9
[15] 60 Biografi ulama’ salaf, Al Baihaqi Mauqufuhu Minal Ilahiyat 42-44
[16] Thobaqor asy Syafi’iyah 4/9
[17] Tadzkirotul Hufad 3/1134-1135

Tidak ada komentar:

Posting Komentar